3. Amati Keretakan
Keretakan pada pelek yang sering lolos dari pengamatan adalah bagian belakang palang dan permukaan yang menempel dengan rumah roda. Bagian tersebut bisa berakibat fatal bila keretakan makin menjalar bisa mengakibatkan pelek copot.
4. Usap Permukaan
Baik permukaan atas (yang akan ditutup ban) maupun bawah (bagian belakang) harus diusap dengan tangan untuk merasakan apakah permukaan tersebut sudah pernah di dempul atau belum. Proses pendempulan yang tidak sempurna akan menimbulkan permukaan tidak rata dan bisa terdeteksi dengan tangan biasa. Sebisa mungkin hindari pelek yang sudah pernah didempul akibat retak atapun 'gompal' karena mengurangi kekuatan pelek.
5. Periksa Bibir Pelek
Tahapan ini tidak bisa hanya dilihat sekilas dari samping. Paling aman, bawa pelek ke toko ban dan letakkan di mesin balancing lalu diputar. Jika saat diputar, putarannya bergelombang, tandanya peyang. Biasanya di mesin balancing terdapat besi berujung karet yang bisa diset posisinya menempel dengan bibir pelek. Dari situ akan terlihat bagian yang peyang dengan memperhatikan jarak besi tersebut.
Bisa juga dicek dengan menggelindingkan pelek tersebut di lantai yang rata. Jika jalannya tidak rata atau "pincang" atau suara yang keluar tidak senada menandakan peyang. Efek dari bibir tidak rata, pada kecepatan tertentu kendaraan terasa bergetar.
6. Balancing
Syarat lain adalah harus bisa di balansing dengan baik. Apalagi jika timah yang digunakan tidak banyak, itu menandakan barang masih baik. Jangan teruskan membeli jika ternyata pelek tidak berhasil di balance, akan berefek timbulnya getaran di kecepatan tertentu yang bisa mengganggu kenyamanan.
No comments:
Post a Comment